Menjadi
anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga bukanlah perkara yang mudah dalam
menjalani kehidupan, ada sebuah tanggung jawab yang harus dipikul. Mungkin dulu
saat belum dewasa hal itu tidak menjadi masalah, namun ketika sudah dewasa dan
anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga menjadi ‘beban’ tersendiri. Terlebih
memilki saudara yang banyak, ekonomi pas-pasan.
Mungkin
setelah menikah dengannya kamu akan merasa tidak suka, karena kamu merasa dia
pilih kasih. Uang belanja bulananmu yang dia berikan mungkin kurang, karena dia
harus memberikan sebagian gajinya untuk keluarganya. Ia harus membayar uang
kuliah adiknya, memberikannya kepada orang tuanya yang sudah tak mampu lagi
untuk bekerja karena sudah tua, membatu kakak-kakaknya yang ekonominya
pas-pasan.
Mungkin
kamu akan bosan mendengar kata “maaf” karena dia telah
memberikan sebagian gajinya diam-diam kepada keluargnya. Mungkin kamu akan
bosan dengan makanan sehari-hari yang sederhana karena uang belanja kurang.
Mungkin kamu akan bosan mendengar kata “sabar” ketika kamu
ingin beli suatu barang, karena sisa uang gajinya tak cukup.
Mungkin
kamu juga akan mengadu kepada orang tuamu dan protes kepadanya kenapa yang
selalu dia bahagiakan lebih banyak keluarganya, sementara keluargamu, hanya
sesekali saja. Menjadi anak laki-laki satu-satunya dalam keluarga bukanlah
perkara yang mudah. Apalagi dengan saudara yang banyak dan ekonomi pas-pasan.
Dia harus bertanggung jawab terhadap mereka, ayahnya sudah tua, tak mampu lagi
mencari nafkah untuk keluarga. Biarlah beliau menikmati masa tuanya dengan
damai bersama ibu. Mungkin dia satu-satunya harapan bagi mereka, karena hanya
dia satu-satunya anak laki-laki dalam keluarga. Mungkin dia satu-satunya juga
anak yang dapat mengenyam bangku kuliah karena dia anak laki-laki.
Mungkin
dia sedang menjalankan amanat ayahnya, bahwa dia anak laki-laki
satu-satunya dalam keluarga, yang nantinya akan menggantikan posisi ayahnya
dalam keluarga. Nanti suatu saat jika saudara-saudarnya sedang ada masala
kepadanya lah tempat mereka bercerita, karena dia anak laki-laki. Menyekolahkan
adiknya setinggi-tingginya jadi tidak hanya dia yang menikmati bangku kuliah.
Serta menjaga kedua orang tuanya karena mereka sudah tua. Dialah harapan bagi
mereka semua.
Mungkin
kamu menyesal memilihnya, karena kebahagiaan yang kamu harapkan harus dia bagi
untuk keluargnya. Mungkin dia juga malu selalu meminta maaf untuk keluargamu
karena hanya sesekali berbagi kebahagiaan untuk mereka. Mungkin bukan maksudnya
ingin membeda-bedakan karena selagi bisa dan mampu anak lelaki
bertanggung-jawab atas ibunya dan sekiranya dia tidak menjalankan
tanggungjawabnya maka dosa baginya. Jadi selagi Ibunya, orang tuanya masih
hidup dia ingin membahagiakan mereka. Bagaimana mungkin dia yang dibesarkan
dengan jerih keringat mereka, setelah sukses dia lupa membahagiakan mereka.
Tapi percayalah, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk membahagiakanmu. Karena
kewajibannya sebagai laki-laki dalam rumah tangga tidak hanya menanggung
dosanya sendiri tapi juga dosa seorang isteri, dosa anak perempuan yang belum
nikah dan dosa anak lelaki yang belum baligh.
Dia
hanya butuh pengertianmu sebagai istrinya, jika suami seorang anak laki-laki
satu-satunya di keluarganya.
Comments
Post a Comment